BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan sesuatu yang mutlak ada dan harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Pendidikan harus bertumpuh pada pemberdayaan semua
komponen masyarakat melalui peran sertanya dalam mewujudkan tujuan pendidikan
yang dirumuskan secara jelas dalam UndangUndang No 20 Tahun 2003 pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis Berta bertanggung jawab. Oleh karena itu, bidang pendidikan perlu
dan harus mendapatkan perhatian, penanganan dan prioritas secara
sungguh-sungguh baik oleh pemerintah, masyarakat pada umumnya dan para
pengelola pendidikan pada khususnya.
|
Secara
umum, pendidikan SD Negeri 10 Parenring Kecamatan
Tanete Riaja Kabupaten Barru mengalami masalah dalam mengarahkan anak didik
yang lebih cenderung bermain, sehingga pelajaran yang diberikan sangat susah
untuk dipahami. Disisi lain, tingkat penguasaan pelajaran IPS mereka masih
sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa hanya 5,80 pada
semester I tahun ajaran 2010/2011.
Para ahli menyadari bahwa mutu pendidikan sangat
tergantung pada kualitas guru dalam praktik mengajarnya. Guru merupakan salah
satu komponen yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan siswa,
karena gurulah yang berhadapan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran.
Seorang guru harus dapat menciptakan suasana proses pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk rajin belajar.
Metode
mengajar adalah salah satu aspek yang harus dikuasai oleh seorang guru untuk menciptakan
suasana tersebut, karena penggunaan metode yang tepat akan dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Oleh
karena itu, tiap guru hendaknya dapat memilih atau mengkombinasikan beberapa metode
mengajar yang tepat agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
dalam artian dapat mengacu keingintahuan dan memotVIasi siswa agar terlibat
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar mengajar akan memberi peluang besar terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran
IPS juga ditemukan keragaman masalah sebagai berikut: 1) Dalam pembelajaran IPS sering
terlihat bahwa siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran, 2) KreatVIitas siswa
dalam membuat dan menyampaikan ide-idenya masih sangat rendah, 3) Kurangnya
kemandirian siswa dalam mengerjakan PR dan mempelajari materi pelajaran, 4)
Permasalahan lain yang sering ditemukan pada saat ini adalah kemampuan siswa
dalam menguasai materi pelajaran.
Berdasarkan
beberapa asumsi dan permasalahan yang dihadapi dalam pendidikan, maka
diperlukan metode mengajar yang relevan untuk mengantarkan siswa mencapai
tujuan pendidikan melalui pengajaran. Guru harus mampu menawarkan metode yang
lebih efektif yang dapat mengembangkan pemahaman siswa dalam pembelejaran Berta
harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam menguasai metode tersebut. Salah
satu metode yang tepat menurut peneliti adalah metode diskusi terbimbing.
Dengan
diterapkannya metode diskusi terbimbing diharapkan hasil belajar IPS siswa
dapat lebih meningkat. Untuk itu diperlukan upaya seorang guru agar mampu
menerapkan metode tersebut.
Dari
uraian di atas maka penulis akan mengadakan penelitian tentang meningkatkan
hasil belajar IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing pada siswa kelas
VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apakah metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada
siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru”.
C. Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS degan metode
diskusi terbimbing pada siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete
Riaja Kabupaten Barru.
D. Manfaat
Penelitian
Dari
hasil penelitian ini diharapkan :
1. Manfaat Teoretis
a. Bagi program studi pendidikan guru sekolah
dasar, sebagai masukan tentang penerapan metode diskusi terbimbing dalam upaya
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan
Tanete Riaja Kabupaten Barru.
b. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi
peneliti selanjutnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian
ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, sebagai masukan bagi guru untuk
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dan efektif.
b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan
memberikan informasi yang berharga terhadap upaya perbaikan pembelajaran
sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa yang
diharapkan.
BAB
II
Kajian
Pustaka, Kerangka Pikir Dan Hipotesis Tindakan
A. Kajian Pustaka
1. Metode Diskusi Terbimbing
a. Pengertian
Metode Diskusi Terbimbing
Di dalam pelaksanaan tugasnya
sehari-hari, tentu saja seorang guru selalu ingin agar ia berhasil dalam
mengajarkan semua ilmu pengetahuan, kecakapan dan keterampilan yang diajarkan
kepada siswa-siswanya sehingga dapat dimengerti, diingat dan direproduksi oleh siswa-siswanya.
Bukanlah pekerjaan yang mudah
untuk memperoleh hasil mengajar seperti yang dicita-citakan. Siswa-siswa
bukanlah sehelai kertas putih yang dapat ditulisi semau penulis atau seperti
botol kosong yang dapat diisi air sekehendak sipengisi. Karena mengajarkan
suatu bahan pelajaran dengan baik dibutuhkan dari guru suatu usaha
pengorganisasian yang matang dari semua komponen dari suatu situasi mengajar.
Komponen-komponen itu antara lain : tujuan, materi, metode, mengajar, alat
pelajaran dan evaluasi. Dalam segala kegiatan mengajar komponen metode
memainkan peranan yang penting. Tanpa metode mengajar yang tepat seluruh proses
dan hasil belajar akan sia-sia belaka.
Sebelum kita membahas pengertian
metode diskusi terbimbing, ada baiknya kita mengemukakan dahulu pengertian
metode mengajar itu sendiri.
Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan
bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar
mengajar. Dan karena strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk
mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat pula untuk
mencapai tujuan belajar (Hasibuan, 2000: 3).
Hakekat pengajaran pada
kenyataannya bahwa pada pihak guru, kita lihat usaha untuk menimbulkan
perubahan pada siswa sedangkan pada pihak siswa kita lihat suatu keinginan
untuk berubah atau mengubah diri. Oleh sebab itulah maka pengetahuan tentang
metode-metode mengajar atau yang disebut metode pengajaran sangat diperlukan oleh
para pendidik. Berhasil tidaknya siswa belajar sangat tergantung pada tepat
tidaknya metode mengajar yang dipergunakan oleh guru
Menurut
Sanjaya (2008: 154) metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu permasalahan.
Selanjutnya Fathurrahman
(2007: 179) mengatakan bahwa:
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan
pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa)
untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpul-kan pendapat, membuat
kesimpulan atau penyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.
Kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan metode diskusi benar-benar beralih dari guru kepada siswa.
Di dalam metode diskusi siswa-siswa mendapat tempat yang wajar dalam kehidupan
sekolah. Demikian pula fungsi guru sebagai pendidik, akan lebih memperoleh
tempatnya disamping sebagai seorang yang menyampaikan suatu bahan pelajaran
kepada siswa-siswanya.
Suasana kehidupan di dalam
kelas akan terasa sebagai suatu kehidupan yang nyata. Siswa tidak hanya menjadi
pendengar atau yang ditanyai saja. Arus komunikasi tidak hanya datang mengalir
dari pihak guru kepada siswa, melainkan merupakan arus lalu lintas pembicaraan
dengan siswa.
Selanjutnya menurut Mulyono (2003:184)
diskusi terbimbing adalah :
Merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan
penyajian materinya melalui pemberian problema atau pertanyaan masalah yang
harus dijawab/diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama.
Menurut Karo-Karo (1984) dalam
situs internet www.diskusi terbimbing.com diakses
tanggal 7 Mei 2010 bahwa :
Metode diskusi terbimbing adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan siswa atau kelompok pelajar
melaksanakan percakapan ilmiah untuk mencapai kebenaran dalam rangka mewujudkan
tujuan pengajaran.
Dengan model diskusi ini
berarti ada proses interaksi antara dua atau lebih indVIidu yang terlibat
saling tukar menukar pengalaman, maupun informasi, untuk memecahkan masalah.
Pelaksanaan model diskusi dalam proses belajar mengajar akan dapat mempertinggi
partisipasi siswa secara indVIidual dan mengembangkan rasa sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi terbimbing adalah salah
satu cara yang digunakan seorang guru dalam menyajikan bahan pelajaran dengan
pemberian masalah atau problem yang harus dijawab atau diselesaikan berdasarkan
pendapat atau keputusan secara bersama.
b. Manfaat,
kelebihan dan kekurangan metode diskusi
1). Manfaat
metode diskusi
Manfaat metode diskusi antara
lain untuk:
a) Melatih siswa
agar berani mengemukakan pendapat di muka umum secara sistematis, menentukan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, bertindak konsisten dan konsekuen
dengan hal-hal yang telah diputuskan, serta dapat mengembangkan hal-hal yang
telah diperoleh sekarang ke arah yang lebih sempurna.
b) Merangsang
siswa agar lebih bersedia menggali, memahami, dan mencari alternatif-alternatif
pemecahan masalah yang sedang didiskusikan.
c) Memberi
kesempatan kepada para pelajar untuk lebih mempelajari hubungan antara manusia
dan mengembangkan diri ke arah wawasan pribadi secara mantap.
d) Mengembangkan
diri siswa sehingga menjadi lebih alih dan cakap untuk mengelola bidang-bidang
kegiatan yang sesuai dengan kemampuannya.
e) Lebih
memahami orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh
yang bersangkutan (Fathurrahman, 2007: 182).
Berdasarkan pendapat di
atas dapat dilihat bahwa metode diskusi sangat bermanfaat untuk mengembangkan,
merangsang dan melatih siswa agar berani mengemukakan pendapat, dan memahami
orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
2). Kelebihan-kelebihan
metode diskusi
a) Melibatkan
siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar.
b) Memupuk kepercayaan kepada diri sendiri
c) Mengembangkan
berbagai pendapat dari berbagai sumber
d) Menghasilkan
pandangan baru
e) Memudahkan
pencapaian tujuan
f) Melatih siswa
belajar bertukar pikiran dan berfikir secara terarah
g) Memupuk
sikap toleran, mau menerima dan memberi
h) Mengembangkan
kebebasan intelek siswa
i) Memberi
kesempatan kepada mereka untuk menjalin hubungan atau kerjasama berikutnya
(Fathurrahman, 2007: 183).
3). Kelemahan-kelemahan
metode diskusi
Kelemaham metode diskusi
adalah:
a) Hasil
diskusi tidak bisa dicapai dengan baik, sebab diskusi menyimpang dari pokok
bahasan.
b) Diskusi
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya jika peserta tidak mempunyai latar
belakang pengetahuan tentang masalah yang didiskusikan.
c) Diskusi
tidak akan melibatkan segenap peserta bila pemimpin kurang bijaksana.
d) Diskusi
mungkin dikuasai atau diambil alih oleh orang-orang tertentu saja (Sanjaya,
2008: 155).
Bertolak dari pendapat
di atas dapat dilihat bahwa metode diskusi disamping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan
metode diskusi dapat melatih belajar bertukar pikiran, namun diskusi tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya jika peserta tidak mempunyai latar
belakang pengetahuan tentang masalah yang didiskusikan. Metode diskusi dapat
mengembangkan berbagai pendapat dari berbagai sumber akan tetapi diskusi tidak
bisa dicapai dengan baik, jika diskusi menyimpang dari pokok bahasan.
c. Langkah-langkah
penggunaan metode diskusi kelompok
Sanjaya (2008: 156)
mengemukakan langkah-langkah penggunaan metode diskusi kelompok adalah:
1) Guru
mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan
seperlu-nya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan
didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting
judul atau masalah yang akan didiskusikan itu harus dirumuskan sejelas-jelasnya
agar dapat dipahami baik-baik oleh setiap siswa.
2) Dengan
pimpian guru para siswa membentuk kelompo-kelompok diskusi, memilih pimpinan
diskusi (Ketua, sekretaris (pencatat), pelapor (kalau perlu), mengatur tempat
duduk, ruangan, sarana dan sebagainya). Pimpinan diskusi sebaiknya berada di
tangan siswa yang:
a. Lebih memahami/menguasai masalah yang akan
didiskusikan.
b. Berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya
c. Berbahasa baik dan lancar bicaranya
d. Dapat bertindak tegas, adil dan demokratis
Tugas pimpinan
diskusi antara lain ialah:
a. Pengatur dan pengarah acara diskusi
b. Pengatur lalu lintas percakapan
c. Penengah dan penyimpul berbagai pendapat
3) Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya
masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang
lain (kalau ada lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban serta memberikan
dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi
aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota kelompok harus tahu
persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi
harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota harus tahu bahwa hak
bicaranya sama.
4) Kemudian
tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu
ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberi ulasan
atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.
5) Akhirnya
para siswa mencatat hasil (hasil-hasil) diskusi, dan guru mengumpulkan laporan
hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah para siswa mencatatnya untuk file
kelas.
Berdasarkan langkah-langkah
yang dikemukakan di atas, maka penulis memberikan kesimpulan bahwa dalam
penggunaan metode diskusi kelompok kita harus menerapkan langkah-langkah metode
diskusi kelompok agar tujuan yang kita harapkan dapat tercapai sebagaimana mestinya.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian
hasil belajar
Belajar merupakan suatu aktVIitas
bagi setiap orang yang dapat terjadi setiap saat. Hal dari belajar ditandai
dengan adanya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan itu tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi menyangkut aspek organisme
dan tingkah laku seseorang.
Dalam kamus Bahasa Indonesia
hasil berarti sesuatu yang telah dicapai, dikerjakan dan sebagainya. Menurut
Hidoyo (1990:139) memberikan batasan bahwa :
“Hasil belajar adalah proses berpikir menyusun
hubungan-hubungan antara bagian-bagian interaksi yang telah diperoleh sebagai
pengertian, karena itu orang jadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan
tersebut sehingga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan
pelajaran yang dipelajari”
Hasil belajar tidak akan
pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan belajar. Kenyataan
menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik tidak semudah yang
dibayangkan tetapi harus didukung oleh sebuah kemauan dan minat dalam belajar
serta program pengajaran yang baik.
b. Fungsi
hasil belajar
Menurut Sudjana (2005:3)
fungsi hasil belajar yaitu :
1) Alat
untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional
2) Umpan
balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam
hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa strategi mengajar guru.
3) Dasar
dalam penyusunan laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam
laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam
berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
c. Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar siswa merupakan
hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari diri maupun
dari luar diri siswa pengenalan terhadap faktor-faktor tersebut penting sekali
artinya dalam membantu siswa mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.
Disamping itu, diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, akan
dapat diidentifikasi faktor yang menyebabkan kegagalan bagi siswa sehingga
dapat dilakukan antisipasi atau penanganan secara dini agar siswa tidak gagal
dalam belajarnya atau mengalami kesulitan belajar.
Purwanto (2007:102)
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
1) Faktor dari diri organisme itu sendiri yang
disebut faktor indVIidual (kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motVIasi
dan faktor pribadi).
2) Faktor yang ada di luar indVIidu yang disebut
faktor sosial (keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya,
alat-alat yang diperlukan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan
yang tersedia, dan memotVIasi.
Pendapat di atas
relevan dengan pengklasifikasian faktor‑faktor yang mempengaruhi hasil belajar
sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (1995: 54), yaitu:
1) Faktor‑faktor intern, berupa: faktor
jasmaniah, terdiri atas: faktor kesehatan, cacat tubuh; faktor psikologis,
terdiri atas: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan
kesiapan; dan faktor kelelahan
2) Faktor‑faktor ekstern, berupa: faktor
keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang wa, dan latar belakang kebudayaan),
faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah),
faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,
dan bentuk kehidupan masyarakat).
Berdasarkan kedua pendapat di
atas, pada hakikatnya terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses
dan hasil belajar siswa, namun pada intinya pendataan belajar dapat
diklasifikasikan atas dua faktor, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa
maupun dari luar dirinya. Faktor dari diri berupa faktor fisik, psikologis dan
gaya belajar, sedangkan faktor dari luar diri siswa, yaitu faktor lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan
pergaulan siswa yang mempengaruhi aktivitas belajarnya sehari-hari.
B. Kerangka Pikir
Kegiatan guru dalam proses
belajar mengajar meliputi dua hal pokok yaitu belajar dan mengajar. Kegiatan
belajar dimaksudkan secara langsung mengaitkan siswa untuk mencapai tujuan
pengajaran, sedangkan belajar dimaksudkan adalah usaha siswa untuk menyerap apa
yang diberikan oleh pengajar.
Apabila guru dalam
melaksanakan pengajaran, berpedoman pada dimensi pengajaran efektif, maka
pembelajaran melalui metode diskusi
terbimbing akan mendapat respon yang baik, dalam arti yang ditampilkan oleh
seorang guru dalam pengajaran berlangsung akan mendapat penilaian yang tinggi
dari berbagai pihak, khususnya siswa sehingga pada gilirannya guru dapat
mengintropeksi diri tentang kekurangan yang dimiliki.
Adapun bagan dari kerangka
pikir di atas adalah sebagai berikut :
|
Gambar.1 Bagan Kerangka Pikir
C. Hipotesis
Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah
jika diterapkan metode diskusi terbimbing dalam pembelajaran, maka hasil
belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan
Tanete Riaja Kabupaten Barru dapat meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jenis
penelitian ini adalah : penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan
dalam dua siklus dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, tindakan,
observasi dan refleksi.
Keempat
langkah PTK ini mengacu pada modifikasi diagram oleh model Kurt Lewin (Umar dan
Kaco, 2008:4) dalam bentuk spiral sebagai berikut :
Perencanaan
1
|
||
Refleksi
4
|
Siklus I
|
Aksi
2
|
Observasi
3
|
||
Perencanaan
5
|
||
Refeleksi
8
|
Siklus II
|
Aksi
6
|
Observasi
7
|
Gambar 3.1 PTK Model Kurf Lewin
B. Fokus
Penelitian
Titik
perhatian dalam penelitian ini yaitu penerapan metode diskusi terbimbing dengan
menyelidiki beberapa faktor antara lain :
1. Faktor guru, yaitu melihat sejauhmana
kemampuan guru menerapkan metode diskusi terbimbing dalam pembelajaran.
2. Faktor siswa yaitu keaktifan siswa dalam
proses belajar mengajar serta kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal-soal
yang diberikan.
3. Faktor hasil, yaitu setelah mengikuti kegiatan
pembelajarandengan penerapan metode diskusi terbimbing maka hasil belajar siswa
meningkat.
C. Setting
dan Subyek Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di SD SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas VI tahun pelajaran 2010/2011
sebanyak 35 orang yang terdiri dari 19 laki-laki dan 16 perempuan. Untuk lebih
jelasnya keadaan subyek dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
1. Keadaan subyek
No
|
Kelas
|
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1.
|
VI
|
19
|
16
|
35
|
Jumlah
|
19
|
16
|
35
|
Sumber data : Papan Potensi SD SD Negeri 10 Parenring Kecamatan
Tanete Riaja Kabupaten Barru
D. Prosedur
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas berisi rencana tindakan, aksi atau tindakan, observasi dan
refleksi, dengan menggunakan model siklus sebanyak dua siklus, setiap satu
siklus 2 kali pertemuan.
1. Siklus pertama
a. Tahap
perencanaan merupakan langkah awal dalam penelitian dengan menetapkan rencana
yang akan dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD
Negeri 10 Parenring dengan menggunakan metode diskusi terbimbing. Rencana yang
disusun berkaitan dengan langkah-langkah dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode diskusi terbimbing. Perencanaan ini juga mencakup tentang
kegiatan aksi, observasi dan refleksi yang dilakukan.
b. Aksi merupakan tindakan yang akan dilakukan
sebagai upaya perbaikan atau meningkatkan kemampuan belajar IPS siswa kelas VI.
Hal ini merupakan tindak lanjut dari perencanaan dalam siklus pertama, yaitu
dengan memberikan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing
sebagai aksi pertama dalam pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran, siswa
diberikan soal-soal IPS sementara guru menjelaskan tata cara penyelesaiannya.
Selanjutnya siswa diberi soal-soal IPS sebagai tes pertama dalam mengukur hasil
belajar IPS siswa, yaitu soal yang relevan dengan materi pelajaran IPS dengan
menggunakan metode diskusi terbimbing pada siklus pertama.
c. Observasi merupakan pengamatan terhadap proses
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing sekaligus
mengamati dampak dari tindakan yang dilaksanakan berkaitan dengan pembelajaran IPS.
Objek observasi yaitu berkaitan dengan proses pembelajaran IPS oleh guru, mulai
dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Demikian pula terhadap
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran IPS.
d. Refleksi merupakan kegiatan mengkaji dan
mempertimbangkan atas hasil dari aksi atau tindakan yang dilakukan dalam
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing dalam siklus
pertama.
2. Siklus kedua
a. Tahap perencanaan merupakan langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam siklus kedua dengan berdasar pada hasil siklus
pertama pada siswa kelas VI SD Negeri SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete
Riaja Kabupaten Barru. Rencana yang disusun berkaitan dengan langkah-langkah
dalam pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi terbimbing. Perencanaan
ini juga mencakup tentang kegiatan aksi, observasi dan refleksi yang dilakukan.
b. Aksi merupakan tindakan yang akan dilakukan
sebagai upaya perbaikan atau meningkatkan kemampuan belajar IPS siswa kelas VI.
Hal ini merupakan tindak lanjut dari perencanaan dalam siklus pertama sekaligus
melakukan perbaikan berdasarkan hasil siklus pertama, yaitu memberikan
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing sebagai aksi
kedua dalam pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran, siswa diberikan soal-soal IPS
sementara guru menjelaskan tata cara penyelesaiannya. Selanjutnya siswa
diberikan soal-soal IPS sebagai tes kedua dalam mengukur hasil belajar IPS siswa,
yaitu soal yang relevan dengan materi pelajaran IPS dengan menggunakan metode
diskusi terbimbing pada siklus ke 2.
c. Observasi merupakan pengamatan terhadap proses
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi kelompok sekaligus mengamati
dampak dari tindakan yang dilaksanakan berkaitan dengan pembelajaran IPS. Objek
observasi yaitu berkaitan dengan proses pembelajaran IPS oleh guru, mulai dari
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Demikian pula terhadap
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran IPS.
e. Refleksi merupakan kegiatan hasil dari aksi
atau tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
diskusi terbimbing dalam siklus ke 2.
E. Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data penelitian ini ditempuh dengan menggunakan teknik tes, observasi dan
dokumentasi.
1. Teknik Tes
Tes
adalah alat evaluasi yang bersifat objektif dan sistematis untuk memperoleh
data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara
yang cepat dan tepat. Teknik tes
dimaksudkan untuk memperoleh data hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 10
Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru dari setiap siklus dengan penerapan
metode diskusi terbimbing.
2. Teknik observasi
Observasi
adalah suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah
lakunya.
Kegiatan
observasi dimaksudkan untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran IPS oleh
guru pelajaran IPS di kelas VI SD Negeri 10 Parenring, mulai dari kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Demikian pula terhadap partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran IPS melalui metode diskusi terbimbing.
3. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi
adalah cara pengumpulan data melalui pencatatan, peningkatan tertulis seperti
arsip, dan lain-lain.
Dalam
penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk mencatat banyaknya siswa
kelas VI SD Negeri 10 Parenring dan rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran
IPS di kelas VI.
F. Teknik
Analisis Data dan Indikator Keberhasilan
Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif berdasarkan hasil tes penelitian dengan menggunakan
distribusi frekuensi dan persentase. Nilai yang diperoleh selanjutnya
dikelompokkan menjadi lima kategori. Kriteria untuk menentukan hasil belajar siswa
dikenakan teknik kategorisasi sebagai berikut :
Skor 0 – 34 dikategorikan sangat rendah
Skor
35 – 54 dikategorikan rendah
Skor 55 – 64 dikategorikan sedang
Skor 65 – 84 dikategorikan tinggi
Skor 85 – 100 dikategorikan sangat tinggi.
Indikator
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setelah diterapkan pembelajaran
dengan metode diskusi terbimbing setiap awal pembelajaran, maka kualitas
belajar IPS mengalami peningkatan. Kualitas kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal IPS ditandai dengan meningkatnya skor rata-rata dan ketuntasan belajar siswa.
Adapun
teknik analisis kualitatif akan digunakan kategori ketuntasan belajar siswa
yaitu seorang siswa dikatakan telah tuntas hasil belajarnya bila ia telah
mencapai skor 65% atau 6,5 dan ketuntasan klasikal tercapai jika minimal 85%
mencapai nilai 65 dari skor ideal 100.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi, 2004. Prosedur Penelitian Jakarta : Rineka Cipta
Djamara, Syaiful Basri, 2000. Psikologi
Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Fathurrahman,
2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Ginting, Abdurrahman, 2008. Esensi Praktis
Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Condong Catur
Hasibuan, J.S. 2000. Metode Pengajaran dan
Kesulitan-Kesulitan Belajar Bandung : Tarsito.
Hudoyo, Herman, 2003. Pengembangan Kurikulum
dan Pembelajaran Matematika. Malang : UnVIersitas Negeri Malang.
Kasri, Khafid dkk. 2007. Pelajaran
matematika, Jakarta : Erlangga
Muslimin, dkk 2008. Panduan Penulisan
Skripsi. Makassar Prodi PGSD FIB UNM
Natawijaya, Rahman, 2007. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Roestiyah, N.K, 1995. Didaktik Metodik,
Jakarta : PT. Bumi Aksara
Sanjaya, Nina 2008. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Slameto, 2003. Belajar dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana, Nana, 2005. Proses belajar
mengajar. Bandung : Sinar Baru Aljesindo
Sumanto, dkk. 2008. Gemar Matematika 5. Jakarta
: Departemen Pendidikan Nasional.
Tirtaraharja, Umar 1984. Mengenal Metode
Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar.
Yogyakata : Armada.
Umar, A. dan Kaco, N. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas, Terlaksana Badan Penerbitan UNM.
Yuniarto, S. 2007. Cerdas
Matematika. Jakarta : Regina
mas maaf, saya bisa minta kontaknya gk? buat tanya tanya tentang diskusi terbimbing. makasih
BalasHapus